Berbicara soal dawet pasti yang paling teringat ya Dawet Hitam. Entah kenapa dawet hitam yang asli dari Kecamatan Butuh Kabupaten Purworejo ini sangat terkenal. Mungkin karena warnanya, dawet ini begitu terkenal. Yang lebih unik lagi, warna hitam itu berasal dari batang padi yang sudah kering terus dibakar, lalu disaring untuk menjadi pewarna alami.
Tak kalah terkenal juga ada Dawet Ayu Purbalingga, dawet yang terbuat dari tepung beras ini begitu lembut di lidah. Hijau muda warnanya membuat dawet ini menjadi semakin cantik dilihat.
Santan dan gula adalah pasangan wajib dari dawet. Adapun penambah rasa seperti buah durian dan nangka hanya sebuah pelengkap saja.
Kalau diperhatikan dengan jelas, rasa dawet itu dipengaruhi oleh Gula. Ada yang memakai gula pasir dan ada yang memakai gula merah atau gula jawa. Tentu cita rasanya sangat berbeda, lebih nikmat dan segar kalau menggunakan gula merah.
Bukan gula merah yang masih padat terus dipotong kecil-kecil lalu dimasukan sebagai pemanis, Tetapi gula merah yang masih padat dicairkan terlebih dahulu dengan cara direbus dengan air. Setelah encer baru dituangkan ke dalam dawet sesuai takarannya.
Kata orang jawa ada yang lebih nikmat lagi untuk dijadikan pemanis dawet. Bahan pokoknya sama dengan gula merah. Yang membedakan adalah proses membuatnya.
Gula merah berasal dari Nira kelapa. Pucuk daun kelapa yang masih muda (red : manggar) dipotong, lalu dari ujung potongan itu dikasih wadah. Gunanya agar cairan dari potongan manggar itu bisa menetes ke dalam wadah. Cairan itu yang dinamakan Nira.
Setalah Nira terkumpul banyak, Nira itu diresbus hingga matang dan berwarna coklat, sebelum Niranya mengental Nira itu diambil untuk dijadikan pemanis dawet. Konon rasanya sangat nikmat.
Kalau sampai Niranya mengental maka akan menjadi gula merah yang biasa dijual di warung.